6 Perbedaan Dropshipper dan Reseller yang Kamu Harus Tahu

Sumber: freepik.com

Di tengah cepatnya perubahan tehnologi, aktivitas jual beli makin maju. Karena kontribusi tehnologi, penjual dan konsumen sekarang tak lagi harus berjumpa langsung agar bisa lakukan transaksi bisnis.

Bahkan, dengan kontribusi tehnologi, seorang pedagang dapat secara mudah memulai usaha tanpa perlu pusing pikirkan suplai barang untuk dipasarkan.

Asalkan memiliki jaringan dan piranti mobile, beberapa orang sekarang menjadi dropshipper atau reseller, yang ke-2 nya bertindak selaku pedagang yang cuma jual kembali produk dari penjual lain.

Meski terkesan sama, secara pemahaman ke-2 istilah itu berlainan. Dropship ialah aktivitas seorang untuk jual barang kembali, dengan mempromokan sebuah barang tak perlu pikirkan stock barang. Sementara reseller ialah orang yang jual barang kembali dan mempromokan barang dengan simpan stock barang.

Lalu, apalagi ketidaksamaan dropshipper dan reseller? Berikut sejumlah di antaranya.

1. Stok barang

Dari segi stock barang, ke-2 nya sama tidak memerlukan modal besar untuk menyiapkan barang. Ini karena seorang dropshipper tak perlu menyuplai barang. Dan sebagai reseller, seorang harus menyuplai barang itu lebih dulu dari produsen atau distributor tetapi umumnya bisa dengan jumlah kecil.

Namun, seorang reseller dianjurkan untuk beli barang dengan jumlah banyak supaya harga barang yang didapat bersaing, hingga beda pembelian dan pemasaran (keuntungan) yang didapatkan dapat semakin besar.

2. Tugas masing-masing

Dari segi pekerjaannya, reseller harus mengurusi pengepakan barang dan lakukan pengangkutan barang ke alamat konsumen. Sementara dropship pekerjaannya cuma cari customer atau calon konsumen.

Apabila ada customer yang inginkan barang itu, karena itu dropshipper bisa menjadi mediatornya untuk melanjutkan pesanan itu ke produsen. Ini memiliki arti, proses pemasaran dimulai dari packing sampai pengangkutan akan diurusi oleh produsen. Pokoknya, pekerjaan seorang dropshipper cuma pasarkan produk atau barang saja.

3. Modal yang dikeluarkan

Dalam hal modal yang hendak dikeluarkan, ke-2 nya cukup berlainan. Reseller harus memiliki modal yang lumayan besar dibanding dropshipper, karena ia harus menyetok barang yang cukup banyak. Oleh karena itu, ongkos yang dibutuhkan menjadi reseller semakin lebih besar.

Bagi kamu yang ingin jualan tanpa membutuhkan modal besar, dapat coba jadi dropshipper lebih dulu.

4. Keuntungan atau profit

Dari sisi keuntungan atau keuntungan, reseller bisa mengantongi keuntungan semakin besar dibanding dengan dropshipper.

Ini karena umumnya reseller dapat memperoleh harga yang tambah murah dari geprekok barang atau produsen, dan bisa juga jual dengan beda harga yang lumayan tinggi.

5. Strategi pemasaran

Perbedaan reseller dan dropshiper yang lain ialah sisi taktik marketing. Marketing reseller dapat dilaksanakan dengan direct selling atau pemasaran langsung ke customer, karena awalnya mereka telah menyetok barang. Ini misalkan dengan buka toko atau tawarkan langsung ke tetangga.

Sedangkan dropshipper umumnya lakukan pemasaran lewat sosial media, e-commerce, group WhatsApp, WhatsApp Business, dan yang lain. Bila dropshipper memperoleh pesanan dari konsumen, karena itu ia akan mengontak vendor untuk melanjutkan pembelian barang itu.

6. Risiko

Dari sisi resiko, dropship dan reseller pasti tidak sama. Bila disaksikan dari resiko rugi, jelas sudah kelihatan jika yang bisa alami resiko rugi semakin besar ialah seorang reseller. Ini karena reseller simpan stock barang. Maknanya, bila barang itu tidak laris pasti hal tersebut dapat membuat reseller alami rugi yang besar.

Sementara dropshipper, rugi yang dirasakan tidak besar bila barang tidak laris, karena ia tidak menyetok barang lebih dulu.

Jadi , setelah menyaksikan kekurangan dan kelebihan reseller dan dropshipper di atas, mana tipe usaha yang ingin kamu pilih, ?

Tinggalkan Balasan